Setelah beberapa tahun terakhir Marvel dapat kritik karena filmnya mulai kehilangan “magis”, akhirnya mereka merilis Thunderbolts — film yang digadang-gadang bakal jadi “penyelamat fase baru” Marvel Cinematic Universe (MCU).
Film ini mempertemukan sekelompok antihero dan karakter buangan dari franchise Marvel sebelumnya, dan menghadirkan gaya yang lebih kelam, dewasa, dan psikologis. Tapi pertanyaannya: apakah Thunderbolts benar-benar sebagus yang dibicarakan, atau cuma hype belaka?
Yuk, kita bedah review jujur film Marvel terbaru Thunderbolts — dari kelebihan, kekurangan, sampai nilai akhirnya.
1. Premis dan Konsep: Tim Antihero yang Punya Luka
Marvel akhirnya berani keluar dari formula lamanya.
Kalau biasanya cerita MCU berkutat pada “superhero menyelamatkan dunia,” kali ini mereka menyorot karakter-karakter dengan moral abu-abu.
Thunderbolts berfokus pada tim yang berisi mantan penjahat dan mantan agen pemerintah yang dipaksa bekerja sama untuk misi berisiko tinggi.
Di sini kamu bakal ketemu:
- Yelena Belova (Florence Pugh) – adik angkat Black Widow, masih tajam dan sinis seperti biasa.
- Bucky Barnes (Sebastian Stan) – mencoba berdamai dengan masa lalunya.
- John Walker (Wyatt Russell) – mantan Captain America kontroversial.
- Ghost (Hannah John-Kamen) dan beberapa karakter lain yang selama ini cuma jadi pelengkap.
Konsepnya menarik — gabungan antara The Suicide Squad versi Marvel dengan sedikit sentuhan Winter Soldier-style espionage thriller.
2. Tone dan Atmosfer: Lebih Gelap, Lebih Dewasa, Tapi Masih Punya Humor
Satu hal yang langsung terasa sejak awal: vibe-nya jauh lebih gelap dari film Marvel biasanya.
Thunderbolts punya nuansa serius dan emosional, tapi tetap diselipkan humor tipis khas MCU biar gak terlalu berat.
Film ini mengeksplorasi sisi rapuh para karakter yang selama ini hidup di bawah bayang-bayang trauma dan rasa bersalah.
Tapi jangan khawatir, kamu gak bakal disuguhi drama muram tanpa henti — pacing-nya tetap hidup, dengan aksi yang seru dan editing yang tajam.
Menurut banyak kritikus, pendekatan ini jadi angin segar buat Marvel yang selama ini terlalu “aman.”
Ada keberanian baru buat membahas isu moral, kegagalan, dan sisi manusia dari para tokoh super.
3. Akting: Florence Pugh Mencuri Perhatian
Kalau ada yang benar-benar menyelamatkan film ini, jawabannya cuma satu: Florence Pugh.
Dia berhasil membawa karakternya, Yelena Belova, jadi pusat emosi di film ini — kuat tapi rapuh, sinis tapi penuh empati.
Kehadirannya bikin film ini gak tenggelam dalam klise aksi.
Chemistry-nya dengan Bucky (Sebastian Stan) juga dapet banget — kayak dua orang yang saling memahami trauma masing-masing tanpa harus banyak dialog.
Sebastian Stan juga tampil solid, tapi karakternya agak tertahan karena film ini fokus ke ensemble cast.
Sementara Wyatt Russell berhasil bikin kita love-hate lagi sama John Walker yang keras kepala tapi sebenarnya insecure.
Singkatnya: cast-nya kuat, dan mereka beneran bikin film ini punya jiwa.
4. Visual dan Aksi: Gak Spektakuler, Tapi Lebih Realistis
Kalau kamu ngarep CGI heboh kayak Avengers: Endgame, mungkin kamu bakal sedikit kecewa.
Aksi di Thunderbolts lebih grounded — lebih mirip Captain America: The Winter Soldier daripada Guardians of the Galaxy.
Baku hantamnya terasa nyata, fight choreography-nya rapi, dan tone warnanya cenderung dingin dengan nuansa metalik.
Efek visual tetap solid, tapi gak ada momen “wow” besar kayak pertarungan final Avengers.
Dan justru itu yang bikin film ini beda. Marvel kayaknya sadar kalau penonton udah mulai jenuh sama CGI bombastis — mereka beralih ke ketegangan psikologis dan dinamika antar karakter.
5. Cerita: Menarik, Tapi Kadang Gak Stabil
Dari segi ide, Thunderbolts punya potensi luar biasa. Tapi sayangnya, struktur ceritanya masih sedikit goyah.
Beberapa bagian terasa terlalu padat — terlalu banyak karakter, terlalu banyak subplot.
Motivasi beberapa tokoh kurang digali dalam, dan perpindahan antar adegan kadang terasa mendadak.
Ada juga momen di mana filmnya terasa kayak “setup untuk proyek Marvel selanjutnya,” bukan kisah yang berdiri sendiri.
Namun, di paruh akhir film, tensi mulai naik lagi. Konflik moral antar anggota tim menjadi daya tarik utama — siapa yang bisa dipercaya, siapa yang cuma berpura-pura baik, dan siapa yang bakal mengkhianati misi.
Buat penonton yang suka drama karakter, bagian ini justru jadi highlight.
6. Musik dan Suasana: Lebih Gritty dan Mempesona
Soundtrack-nya juga gak kalah menarik.
Marvel kali ini gak banyak pakai lagu pop besar, tapi memilih komposisi instrumental yang dark, slow, dan cinematic.
Setiap scoring terasa mendukung tone film — membuat momen aksi terasa tegang dan momen reflektif terasa menyentuh.
Kamu bakal ngerasain suasana kayak spy thriller klasik tapi dengan sentuhan modern.
7. Penerimaan Publik dan Kritikus: Campur Tapi Cenderung Positif
Secara global, Thunderbolts buka dengan hasil box office yang cukup solid — sekitar $160 juta di minggu pertama.
Angka ini jauh lebih baik dibanding beberapa rilisan Marvel terakhir seperti The Marvels yang dianggap flop.
Di Rotten Tomatoes, skor kritiknya berada di sekitar 72%, sementara audiens kasih rating sekitar 80% — artinya, film ini disukai tapi belum jadi masterpiece.
Banyak yang memuji keberanian Marvel mencoba arah baru, tapi juga mengkritik pacing dan plot yang belum stabil.
8. Kelebihan Utama
✔ Akting luar biasa dari Florence Pugh dan ensemble cast.
✔ Pendekatan tone baru yang lebih gelap dan realistis.
✔ Aksi solid dan grounded, bukan CGI berlebihan.
✔ Isu moral dan konflik karakter yang lebih dalam.
9. Kekurangan yang Mengganggu
❌ Alur kadang berantakan dan pacing gak konsisten.
❌ Terlalu banyak karakter tanpa waktu cukup untuk eksplorasi.
❌ Masih terasa beban “franchise MCU” — ada setup lanjutan yang memotong fokus.
❌ Kurang momen epik atau emosi besar yang memorable.
10. Apakah Sebagus yang Dibicarakan?
Jawaban jujurnya: Iya, tapi dengan catatan.
Thunderbolts adalah film Marvel yang segar, berani, dan emosional. Tapi kalau kamu ngarep film ini bakal “mengembalikan kejayaan MCU” sepenuhnya — belum.
Film ini lebih terasa seperti langkah awal menuju arah baru yang lebih matang dan realistis.
Buat kamu yang udah capek sama formula superhero klise, film ini bisa jadi penyegar.
Tapi buat kamu yang pengen aksi spektakuler nonstop, mungkin bakal sedikit kecewa.
Kesimpulan
Thunderbolts membuktikan bahwa Marvel masih bisa bereksperimen dan tumbuh dewasa.
Film ini gak sempurna, tapi cukup kuat buat bikin penonton percaya bahwa MCU masih punya masa depan.
Skor Akhir: 7.5 / 10
Film yang solid, berisi, dan punya arah baru — tapi belum mencapai puncak terbaik Marvel.
FAQ
1. Apakah film ini nyambung dengan Avengers?
Masih di semesta yang sama, tapi ceritanya berdiri cukup mandiri.
2. Apakah perlu nonton film Marvel lain dulu?
Gak wajib, tapi nonton Black Widow dan The Falcon and the Winter Soldier bakal bantu paham latar karakternya.
3. Apakah ada post-credit scene?
Ada — dan lumayan penting buat arah MCU selanjutnya.
4. Apakah film ini cocok untuk anak-anak?
Masih aman, tapi beberapa adegan lebih gelap dan emosional dari film Marvel biasa.
5. Worth it nonton di bioskop?
Yes. Visualnya dan atmosfernya jauh lebih kerasa kalau ditonton di layar besar.